Saturday 8 October 2016

Dayak Kalimantan Tengah di Seminar Etnik BIMP-EAGA Matunggong 22 Okt 2016 Sabah, Malaysia

Dayak Kalimantan Tengah di tengah arus modernisasi




Oleh 
Dr Kusni Sulang
Lembaga Kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah, Indonesia

Ikhtisar (Abtract)
Saya memaknai modernisasi  sebagai cara berpikir, bertindak, tindakan-tindakan dan kemampuan suatu generasi untuk menjawab tantangan zamannya. Tiap-tiap generasi mempunyai tantangan berbeda. Jawaban inilah yang melahirkan budaya suatu generasi.
Budaya generasi terdahulu  yang mengasuh generasi berikut, merupakan warisan dan khazanah budaya bagi  generasi berikut. Belum tentu semua khazanah ini zamani. Dengan menggunakan kepentingan menjawab tuntutan zamannya, suatu generasi niscaya bisa menyaring khazanah warisan tersebut sepertinya keniscayaan menapis budaya luar yang diterima dalam pergaulan antar budaya. Modernisasi sama sekali bukanlah Baratisasi, Koreanisasi, Jepunisasi , Arabisasi, dan sebagainya. Budaya Barat, Korea, Jepang, Tiongkok, Arab adalah bahan-bahan mentah belaka. Adalah acuan perbandingan untuk membangun dan mengembangkan budaya sendiri yang zamani, tidak lepas akar. Yang modern. Memperlihatkan arti penting kemajemukan.
Sikap begini saya namakan “memadukan tradisi baik dan kekinian” untuk melahirkan budaya zamani kekinian.  Konsekwensi logis dari sikap begini adalah menolak tutup-pintuisme, yang antara lain mengungkapkan diri dalam bentuk sektarisme,  kepongahan tak berdasar ”über alles”yang menjadi tanah subur bagi etnosentrisme. Kemudian menempatkan diri entah sebagai etnik ataupun bangsa sebagai bagian dari anak manusia di planet kecil kita bernamabumi . Etnik atau bangsa hanyalah perbatasan semu bagi kemanusiaan yang tunggal,  dilahirkan oleh kondisi sejarah pada zaman tertentu dan meminta kita mengindahkannya. Karena itu  Dayak niscayanya, bukanlah sentris melainkan Dayak Nasional dan Internasional, apalagi nilai-nilai sebagai inti kebudayaan Dayak jika disimak mengandung makna universal. Sehingga menjadi Dayak tidak bertentangan dengan menjadi anak bangsa dan anak manusia.  .
Dayak Kalimantan Tengah, Indonesia belum berhasil  mewujudkan budaya dan manusia Dayak Modern bahkan menampakkan gejala bunuh diri budaya secara kolektif, petunjuk lemahnya pertahanan budaya – produk dari perjalanan sejarah Dayak.


BIODATA SINGKAT KUSNI SULANG

Lahir di Kasongan, Katingan, Kalimantan Tengah pada 25 Sepotember 1940. Lulus Ijazah Pertama - S1(Strata Satu) di Jurusan Publisistik, FISIPOL Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Ekonomi Pembangunan, l’EHESS (pecahan Sorbonne), Paris, Perancis; Fakultas Hukum, New South Wales University, Sydney, Australia.
Ijazah Master S 2 (Strata Dua):  Antropologi-Sosiologi, l’EHESS, Paris, Perancis dan Ph.D S 3 (Strata Tiga): Sejarah, l’EHESS, Paris, Perancis.
Beberapa Pengalaman Kerja: Tenaga ahli pada Hsinhua News Agency, Beijing, Repbulik Rakyat Tiongkok; Koresponden luar negeri untuk beberapa Harian Nasional dan Lokal Indonesia; Mengajar di beberapa universitas dalam dan luar negeri;
Beberapa Pengalaman Organisasi: Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat di berbagai pulau Indonesia; Mendirikan berbagai organisasi kebudayaan di Kalimantan Tengah, termasuk Lembaga Kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah. Mendirikan Koperasi dan Pusat Kebudayaan Indonesia: Restoran Indonesia di Paris,Perancis. Masih berfungsi sampai sekarang; Mendirikan Kursus Bahasa dan Budaya Indonesia di Paris,Perancis.
Sekarang menetap di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia.

MoU Momogunsia dengan Lembaga Kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah 2015


Pertemuan dan Diskusi







No comments:

Post a Comment

Isu kurikulum, buku teks dan profesionalisme guru bahasa Kadazandusun

  Dr Henry Bating, Dr Rosliah Kiting, Dr Patricia Ganing, Dr Nurjietta Taisin bersama pelajar UPSI dalam satu tinjauan kajian 2018. Siri I...