Dayak Kalimantan Tengah di tengah arus modernisasi
Dr Kusni Sulang
Lembaga Kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah, Indonesia
Ikhtisar (Abtract)
Saya memaknai modernisasi sebagai cara berpikir, bertindak,
tindakan-tindakan dan kemampuan suatu generasi untuk menjawab tantangan
zamannya. Tiap-tiap generasi mempunyai tantangan berbeda. Jawaban inilah yang
melahirkan budaya suatu generasi.
Budaya generasi
terdahulu yang mengasuh generasi
berikut, merupakan warisan dan khazanah budaya bagi generasi berikut. Belum tentu semua khazanah
ini zamani. Dengan menggunakan kepentingan menjawab tuntutan zamannya, suatu
generasi niscaya bisa menyaring khazanah warisan tersebut sepertinya
keniscayaan menapis budaya luar yang diterima dalam pergaulan antar budaya.
Modernisasi sama sekali bukanlah Baratisasi, Koreanisasi, Jepunisasi ,
Arabisasi, dan sebagainya. Budaya Barat, Korea, Jepang, Tiongkok, Arab adalah
bahan-bahan mentah belaka. Adalah acuan perbandingan untuk membangun dan
mengembangkan budaya sendiri yang zamani, tidak lepas akar. Yang modern.
Memperlihatkan arti penting kemajemukan.
Sikap begini
saya namakan “memadukan tradisi baik dan kekinian” untuk melahirkan budaya
zamani kekinian. Konsekwensi logis dari
sikap begini adalah menolak tutup-pintuisme, yang antara lain mengungkapkan
diri dalam bentuk sektarisme, kepongahan
tak berdasar ”über alles”yang menjadi tanah subur bagi etnosentrisme. Kemudian
menempatkan diri entah sebagai etnik ataupun bangsa sebagai bagian dari anak
manusia di planet kecil kita bernamabumi . Etnik atau bangsa hanyalah
perbatasan semu bagi kemanusiaan yang tunggal,
dilahirkan oleh kondisi sejarah pada zaman tertentu dan meminta kita
mengindahkannya. Karena itu Dayak
niscayanya, bukanlah sentris melainkan Dayak Nasional dan Internasional,
apalagi nilai-nilai sebagai inti kebudayaan Dayak jika disimak mengandung makna
universal. Sehingga menjadi Dayak tidak bertentangan dengan menjadi anak bangsa
dan anak manusia. .
Dayak Kalimantan
Tengah, Indonesia belum berhasil
mewujudkan budaya dan manusia Dayak Modern bahkan menampakkan gejala
bunuh diri budaya secara kolektif, petunjuk lemahnya pertahanan budaya – produk
dari perjalanan sejarah Dayak.
BIODATA SINGKAT KUSNI SULANG
Lahir di
Kasongan, Katingan, Kalimantan Tengah pada 25 Sepotember 1940. Lulus Ijazah Pertama - S1(Strata Satu) di Jurusan Publisistik, FISIPOL Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta; Ekonomi Pembangunan, l’EHESS (pecahan Sorbonne), Paris,
Perancis; Fakultas Hukum, New South Wales University, Sydney,
Australia.
Ijazah Master S 2 (Strata Dua): Antropologi-Sosiologi,
l’EHESS, Paris, Perancis dan Ph.D S 3 (Strata Tiga): Sejarah,
l’EHESS, Paris, Perancis.
Beberapa Pengalaman Kerja: Tenaga ahli pada
Hsinhua News Agency, Beijing, Repbulik Rakyat Tiongkok; Koresponden luar
negeri untuk beberapa Harian Nasional dan Lokal Indonesia; Mengajar di
beberapa universitas dalam dan luar negeri;
Beberapa Pengalaman Organisasi: Mendirikan
Lembaga Swadaya Masyarakat di berbagai pulau Indonesia; Mendirikan
berbagai organisasi kebudayaan di Kalimantan Tengah, termasuk Lembaga
Kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah. Mendirikan
Koperasi dan Pusat Kebudayaan Indonesia: Restoran Indonesia di Paris,Perancis.
Masih berfungsi sampai sekarang; Mendirikan
Kursus Bahasa dan Budaya Indonesia di Paris,Perancis.
Sekarang menetap di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia.
MoU Momogunsia dengan Lembaga Kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah 2015
Pertemuan dan Diskusi
No comments:
Post a Comment